Selasa, 16 April 2024

Menghapus Dongeng Neraka Kristen

Sampai sekarang, masih banyak kristen yang percaya akan adanya suatu tempat yang diberi nama neraka (bahasa Indonesia) atau Hades (bahasa Yunani) atau Tartarus (bahasa Yunani) sebagai suatu tempat dimana roh-roh manusia akan menerima penyiksaan atau penghukuman atas dosa-dosa yang mereka lakukan semasa hidup mereka di dunia.

 

Bahkan, ada beberapa kristen yang katanya “dibawa” oleh “Yesus” ke neraka dan kemudian diperintahkan oleh “Yesus” itu untuk memberitakannya pada manusia-manusia lainnya.Contohnya kesaksian Mary Katherine Baxter yang bisa dibaca di sini :

http://spiritlessons.com/mary_k_baxter_a_divine_revelation_of_hell.htm

 

Secara prinsip, adanya penyiksaan atau penghukuman sudah bertentangan dengan ajaran Yesus dan tujuan pengutusan Yesus kepada manusia. Yesus diutus Allahnya bukan untuk menghakimi, bukan untuk menghukum namun untuk menyelamatkan. Dan ini tidak pakai periode-periode-an. Selamanya demikian. Jadi, tidak ada cerita tuh Yesus menyelamatkannya sudah selesai, sekarang atau nanti tinggal masa/periode penghukuman/penghakiman.

 

Dengan memahami bahwa Allah menyelamatkan melalui pengutusan Yesus maka harusnya kristen2 bisa menolak kesaksian akan tempat penghukuman atau penyiksaan seperti salah satu contoh di atas.


Hades yang dipercaya/ditafsirkan sebagai tempat penyiksaan, alias neraka, adalah sebuah kesalahan penafsiran.

 

Ayat2 di Kitab Perjanjian Baru tidak bicara Hades sebagai sebuah tempat penyiksaan. Detailnya di sini .

Dengan penghapusan dongeng ini, tidak berarti tidak ada neraka.

 

Neraka tetaplah ada. Dongengnya saja yang dihapus.Dongeng hanya untuk anak-anak kecil. :-)

Neraka yang bukan dongeng adalah kondisi/keadaan bathin, state of being, keadaan roh si manusia.

Neraka adalah ketika manusia hidup dalam keinginan daging (Gal 5:18-21). Ketika manusia tersiksa atau terhukum oleh perbuatan/keinginannya sendiri.

 

Bukan Allah atau Yesus atau malaikat2 suruhan Allah yang akan menyiksa manusia di suatu tempat antah-berantah. Manusia sudah terhukum/tersiksa bahkan pada saat dia melakukan dosanya.

Neraka adalah state of being, kondisi roh/bathin si manusia.

Memang, neraka kemudian bisa dimaknai juga sebagai seperti ‘tempat’ ,yakni lokasi/tempat dimana manusia2 yang state of beingnya neraka berkumpul.

 

Kalau mereka (yang state of beingnya neraka) berkumpul di monas maka area berkumpulnya mereka itulah neraka dalam makna tempat.Kalau mereka ngumpul di mall, maka lokasi tempat berkumpulnya mereka itu adalah neraka dalam makna tempat.

Di Kitab Perjanjian baru, yang ditulis dalam bahasa Yunani, ditemukan 10 ayat yang mengandung kata Hades. Menurut para ahli, kata Hades ini adalah sebagai pengganti kata Sheol di bahasa Ibrani.

Dalam bahasa Ibrani, kata Sheol bermakna dunia orang mati. Detail perihal makna kata sheol bisa dibaca di sini .

Ini dugaan saya, yakni ada sebuah “kebetulan” yang kemudian mungkin melahirkan kesalahan penafsiran kata “Hades”, yakni persinggungan dengan kepercayaan Pagan yang telah lama eksis sebelumnya,  kepercayaan Yunani dan Romawi kuno.

 

Kata “Hades” yang adalah pengganti kata Ibrani “Sheol” terkontaminasi interpretasinya dikarenakan di kepercayaan Pagan (Yunani dan Romawi) ada kepercayaan pada dewa Hades dan alam Hades/dunia setelah kematian.

 

Dewa Hades adalah saudara dewa Zeus yang menguasaiunderworld, dewa “dunia bawah”, dunia orang mati . Di kepercayaan (mithology) Yunani/Romawi kuno itu, Hades adalahdunia/alam tempatpenyiksaan roh-roh manusia setelah kematian mereka.

 

Kristen-kristen awal membaca/belajar atau diajar kitab2 Perjanjian Baru yang ada kata Hadesnya, sementara mereka sebelumnya telah “terbiasa” mendengar/membaca makna Hades di kepercayaan sebelumnya.

 

Lalu melihat ..” eh ada kata “hades” nih di kitab ini”. Dan bablas lah angine :-)

Terjadilah “kontaminasi” pada alam pikiran kristen2 awal tersebut.

Dan sayangnya, kepercayaan atau interpretasi yang salah itu kemudian diwariskan turun temurun ke kristen2 selanjutnya.

 

Hades yang bermakna alam berikutnya setelah kematian, yang adalah pengganti kata Ibrani Sheol, yang adalah alam ke manasemua orang, entah itu orang baik atau orang jahat akan masuk setelah kematian, alias alam netral, menjadi bermakna tempat penyiksaan.

Padahal tak ada satupun dari 10 ayat di Kitab PB itu maupun kata Sheol di Perjanjian Lama yang bermakna suatu tempat penyiksaan.

Karena tercampur dengan mitlhologi Yunani dan Romawi Kuno perihal Hades, kemudian lahirlah pemaknaan Hades di kitab PB sebagai suatu tempat penyiksaan.

 

Neraka adalah sebuah kepastian, yakni state of being, kondisi bathin, keadaan roh si manusia itu sendiri. Suatu kepastian namun bukan sebagaimana dongeng yang biasa diberikan melalui kesaksian2.

 

Apakah kesaksian2 itu lantas salah ?

 

Saya tidak menyatakan demikian, kesaksian itu tidak salah, namun dalam pemahaman saya, kesaksian itu ibarat dongeng.

 

Dari dongeng yang harus diambil adalah moral of the storynya. Dan moral of the storynya adalah tabur-tuai. Yakni apa yang dilakukan maka itulah yang didapatkan.

 

Tersiksa atau terhukumnya manusia adalah akibat perbuatannya sendiri.

 

Neraka adalah ketika manusia hidup dalam kedagingan, ketika manusia egois, ketika manusia melekat pada keinginan2 egoistisnya. Neraka adalah sebagaimana yang diuraiakan Paulus di Gal 5:18-21 sbb :

 

Gal 5:19 Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu,5:20 penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah,5:21 kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya. Terhadap semuanya itu kuperingatkan kamu--seperti yang telah kubuat dahulu--bahwa barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah.

 

Di saat manusia melakukan hal-hal sebagaimana di Gal 5:19-21  itu maka saat itulah dia sudah berada dalam neraka. Mereka menciptakan neraka mereka sendiri.

 

Tubuh digerakkan oleh roh, oleh pikiran, oleh hati. Percabulan digerakkan oleh pikiran, oleh hati, oleh roh. Lah ketika tubuh fisik mati dan dimasukkan ke dalam liang kubur, “hobi” (percabulan) belum tentu padam, belum tentu mati dan karenanya di neraka lah si yang bersangkutan itu.

 

Sudah pasti tersiksa. Badan sudah masuk ke tanah, eh keinginan/nafsu atau roh masih demen/mencari percabulan. Terbakar lah ya ?!!.

Sama aja seperti ketika sudah sangat haus, eh tak ada air minum yang bisa diminum, tersiksa, terbakar.

 

Percabulan bisa diganti dengan keinginan2 duniawi lainnya, bahkan keinginan berkuasa atau menguasai dunia (jadi orang kaya, jadi pejabat, jadi presiden dlsb)

 

Salam,

Topan

 

Senin, 03 Mei 2021

Perceraian

 Copas ayat bagian pertama :

Mat 19:3 Maka datanglah orang-orang Farisi kepada-Nya untuk mencobai Dia. Mereka bertanya: "Apakah diperbolehkan orang menceraikan isterinya  dengan alasan apa saja?" 19:4 Jawab Yesus: "Tidakkah kamu baca, bahwa Ia yang menciptakan manusia sejak semula menjadikan mereka laki-laki dan perempuan?   19:5 Dan firman-Nya: Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging.   19:6 Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia." 19:7 Kata mereka kepada-Nya: "Jika demikian, apakah sebabnya Musa memerintahkan untuk memberikan surat cerai jika orang menceraikan isterinya?"19:8 Kata Yesus kepada mereka: "Karena ketegaran hatimu Musa mengizinkan kamu menceraikan isterimu, tetapi sejak semula tidaklah demikian.

---

Yang kita dapatkan dari Mat 19:3-6 adalah :

Dengan alasan apa saja, apa yang yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia. Musa memerintahkan pemberian surat cerai adalah karena ketegaran hati manusia di masa itu. Dan bagian ayat ini sinkron dengan ayat paralelnya di Markus 10:2-9.

 

Copas ayat bagian kedua :

Mat 19:9 Tetapi Aku berkata kepadamu: Barangsiapa menceraikan isterinya, kecuali karena zinah, lalu kawin dengan perempuan lain, ia berbuat zinah."19:10 Murid-murid itu berkata kepada-Nya: "Jika demikian halnya hubungan antara suami dan isteri, lebih baik jangan kawin."19:11 Akan tetapi Ia berkata kepada mereka: "Tidak semua orang dapat mengerti perkataan itu, hanya mereka yang dikaruniai saja.

---

 

Ketika kita lihat bagian ini, khususnya ayat 9, kita dihadapkan pada suatu perbedaan. Mengapa jadi ada pengecualiaan ? Demikian pula ketika kita bandingkan dengan ayat paralelnya, yakni Markus 10:10-12. Tidak ada pengecualian di Markus 10:10-12.

Apa yang terjadi ?

Apakah Yesus merevisi ajaranNya ?

Jawab : Tidak !

Yang terjadi adalah adanya perbuatan usil Pastor Desiderius Erasmus  dari Rotterdam Belanda (1466 – 1536) yang menambahkan kata Yunani  “εἰ”  (transliterasi : Ei), sebelum kata “μη” ke dalam ayat Mat 19:9  sehingga mengubah teks dari “tidak” menjadi “kecuali”. Dan terjadilah pengecualian tersebut dimana seharusnya kalimatnya adalah “tidak juga karena zinah (not even for fornication)” menjadi kecuali karena zinah (hadeehh).

Penambahan kata tersebut dilakukan oleh Pastor Desiderius Erasmus di "alkitab" (gabungan PL&PB) yang menjadi cikal bakal Kitab Textus Receptus yang kemudian banyak digunakan sebagai basis penerjemahan alkitab termasuk salah satunya kitab versi King James Version dan kemudian juga ke terjemahan Bahasa Indonesia (LAI). Padahal, kata  “εἰ”  tersebut TIDAK ADA di manuskrip-manuskrip Yunani (sumber-sumber) yang dijadikan acuan/dasar penyusunan.

Detail cerita keusilan Pastor Erasmus ini bisa dibaca di sini :

https://www.morechristlike.com/except-for-fornication-clause-of-matthew-19-9/

Jadi, sebagaimana yang telah disampaikan oleh Yesus di Mat 19:3-6 , apa yang telah dipersatukan Allah tidak boleh diceraikan oleh manusia, apapun alasannya.

 

Bagaimana dengan KDRT ? Kekerasan Dalam Rumah Tangga ?

Kekerasan ada solusinya, dari mulai dibicarakan baik-baik, konseling, didoakan, KKR pelepasan atau bahkan hukuman pidana kalau diperlukan namun perceraian bukanlah salah satu dari solusi untuk KDRT tersebut.

Tapi kalau mau cerai juga bagaimana ?  takut nyawa melayang misalnya ?

Ya "monggo" saja sih menurut saya..

Pertama, apa sih yang tidak dilawan oleh manusia ? mencuri juga dilarang tapi manusia toh tetap melakukannya bukan ? Yang perlu diingat adalah, apabila setelah bercerai atau menceraikan dan kemudian kawin lagi maka berdasarkan Mat 19 : 9 dan Markus 10:10-12, tindakan kawin lagi tersebut adalah sebuah perzinahan.

Kedua, perihal ketakutan nyawa melayang, saya memang tidak dihadapkan pada situasi tersebut namun yang bisa saya sampaikan hanyalah “teori” atau apa yang diajarkan dan dicontohkan oleh Yesus lewat peristiwa pembunuhan atas diriNya yakni peristiwa penyaliban. Kasih menanggung segala sesuatu, bahkan akan memberikan nyawa kepada yang dikasihinya. Kurang lebih ya sama dengan kasih seorang ibu yang menanggung kejahatan-kejahatan yang dilakukan oleh anak kandungnya bahkan mungkin bisa mengancam nyawanya.

 

Salam,