Kamis, 08 November 2012

PENYALIBAN

1.      Kehendak Siapa ? Apa Yang Terjadi ?

Pada peristiwa penyaliban, bertemu dua kehendak, yakni :

1) kehendak penentang Allah :

Yoh 3:20 Sebab barangsiapa berbuat jahat, membenci terang dan tidak datang kepada terang itu, supaya perbuatan-perbuatannya yang jahat itu tidak nampak;

Mat 26:3 Pada waktu itu berkumpullah imam-imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi di istana Imam Besar yang bernama Kayafas, 26:4 dan mereka merundingkan suatu rencana untuk menangkap Yesus dengan tipu muslihat dan untuk membunuh Dia.


2) kehendak Allah.  (Yoh 3:16)

——————

Yesus datang membawa ajaran bagaimana untuk hidup yang lebih baik selama di dunia ini yang sekaligus juga akan mempersiapkan manusia untuk hidup di kehidupan setelah kematian. Yakni dengan mengasihi Allah dan mengasihi sesama, dengan menumpuk harta di surga. Dan Yesus juga menyediakan diriNya untuk membantu/menyertai di perjalanan spiritual manusia mengasihi Allah dan sesama.

Tapi manusia2 kala itu, yakni ahli2 taurat dan farisi tidak bisa menerima hal itu, tidak mau menerima ajaran Yesus itu dan karenanya mereka berencana membunuh Yesus, berencana melenyapkan Yesus.

Penentang kebenaran (penentang Allah) berencana membunuh Yesus dan penyaliban adalah jalan yang mereka minta pada Pilatus untuk melaksanakan rencana mereka itu. 


Menyikapi hal tersebut, kehendak Allah adalah menanggung kedegilan hati manusia tersebut karena kasih menanggung segala sesuatu. Penolakan atas kebenaran, hinaan, siksaan bahkan pembunuhan atas tubuh fisik akan dihadapi, akan ditanggung. Bukan dengan penghancuran atau pembinasaan para penentang tersebut tapi dengan terus mengasihi mereka.

Jadi, tidak sebagaimana yang diajarkan oleh yg lainnya bahwa penyaliban adalah rancangan atau skenario penyelamatan manusia oleh Allah (Bapa). Yang dirancang atau diskenariokan oleh Allah adalah mengutus Yesus, mengutus juruselamat pada manusia. Penyaliban atau pembunuhan pada Yesus adalah penolakan manusia pada Kasih Allah tersebut, pada pengutusan Yesus. Namun, perbuatan jahat manusia tersebut atau pembunuhan pada Yesus tersebut tidak lantas kemudian menghentikan kasih Allah karena Kasih adalah abadi, Kasih menanggung segala sesuatu. Yesus masih terus mencari dan menyelamatkan manusia sampai ke akhir jaman.


2.Bagaimana Menyelamatkan Manusia,  lah  dirinya sendirinya aja nggak bisa diselamatkan ?

Tepatnya sebenarnya bukan tidak bisa menyelamatkan diri tapi tidak mau menyelamatkan dirinya sendiri. Tidak mau menyelamatkan diri sendiri karena memang mau menyelamatkan orang lain. Ini bisa kita temui dalam kehidupan kita sehari-hari atau pada peristiwa lainnya. Seorang ibu berkorban demi anak yang akan dilahirkannya adalah contoh  tidak mau menyelamatkan dirinya sendiri. Atau para pejuang yang berjuang untuk kemerdekaan adalah juga contoh tidak mau menyelamatkan dirinya sendiri karena ingin menyelamatkan yang lainnya, agar bangsanya bisa menghirup udara kemerdekaan.
Benar bahwa Yesus tidak selamat, yakni tidak selamat dalam konteks fisikal. Tidak selamat secara fisikal alias mati, kematian fisikal. Rohnya terlepas dari tubuh fisiknya (Luk 23:46).   Lantas keselamatan apa yang bisa diberikannya ?

Bisa nggak dia nggak mati ? alias akan mati secara natural sebagaimana manusia2 lainnya atau ya diangkat oleh Bapanya sebagaimana Henokh diangkat oleh Allahnya atau Elia diangkat oleh Allahnya. 

Bisa saja kok dia tetap hidup,  namun  bukan kehidupan fisikal Yesus yang hendak diajarkan, bukan itu tujuannya. Yang hendak dituju atau tujuannya kedatangan Yesus adalah untuk menyelamatkan jiwa-jiwa, menyelamatkan roh manusia.

Dan di peristiwa penyaliban,  Yesus adalah pemenang. Rohnya tetap mengasihi Bapa dengan sempurna tanpa terpengaruh oleh penderitaan fisikal yang dialaminya. Kasihnya yang sempurna pada Bapa telah menyelamatkannya. Dan kasihNya pada sesamanya manusia juga tidak berubah sedikitpun walau dalam kondisi penderitaan fisik yang dialaminya. Oleh karena kasihnya pada Bapa dan pada sesamanya manusia tersebut maka kemudian Yesus dapat menyelamatkan manusia, menjadi juru selamat manusia, menyelamatkan roh-roh manusia.

3.Yesus sudah menyatakan dia akan mati, tapi kok malah protes ke Allahnya dengan menyerukan “Eli-Eli Lama Sabakhtani “   ? ikhlas atau terpaksa sih kematiannya itu ?

Seruan “Eli-Eli lama sabakhtani” adalah petunjuk bahwa Yesus harus menghadapi ujian atau penderitaan di kayu salib sendirian.

Peristiwa penyaliban atau proses  kematian Yesus di kayu salib bisa dilihat atau dikatakan sebagai ujian terakhir pada Yesus. Yakni ujian kasihnya pada Allahnya dan pada sesamanya manusia. Dan untuk itu dia harus menghadapinya sendirian.

Sebelumnya, kasihnya pada Bapanya telah membuatnya dapat selalu mendengar suara BapaNya. Dan ajaran atau perkataan yang disampaikannya pada manusia kala itu adalah sebagaimana yang didengarnya dari BapaNya bahkan sampai ke cara  menyampaikannya bagaimana. Dia terbiasa bersama BapaNya, Bapa di dalam Dia dan Dia di dalam Bapa.

Nah di peristiwa penyaliban tersebut, diujilah kasih Yesus pada Bapa dan sesamanya.  Siapa yang menguji ? peristiwa penyaliban itulah pengujinya, adalah ujiannya.

Kenapa Yesus mau disalib ? jawabnya : karena kasih menanggung segala sesuatu. Yesus menunjukkan dengan tubuh fisiknya bahwa kasihnya pada manusia dan pada BapaNya membuatnya rela menanggung kedegilan hati manusia, kejahatan hati manusia. Kasih menanggung segala sesuatu.

Dan kita bisa baca bahwa Yesus tetap setia pada BapaNya walau Dia sendirian. Kita bisa lihat kemudian bahwa Yesus adalah pemenang. Dia menang. Kasihnya pada Allahnya tidak berkurang atau berubah sedikitpun walau dia sendirian. Ini bisa jadi teladan bagi manusia2 lainnya , bahwa walau kita tidak selalu atau tidak bisa mendengar suara Allah, atau Allah seolah2 sepertinya meninggalkan kita, kita harus tetap mengasihi Allah dengan keseluruhan diri kita. Dan Yesus menang, dia menyerahkan Rohnya ke dalam tangan Bapanya. Dia tetap dalam kasihnya pada Bapanya. Dan karena ketaatannya yang sempurna tersebutlah Allah (Bapa) meninggikan Dia dan mengaruniakannya kuasa di surga dan dunia.

Dan ….. semua manusia alias saudara2 Yesus bisa menempuh jalan sebagaimana yang telah ditunjukkan oleh Yesus, yakni taat dan subordinat pada kehendak Bapa, yakni Kasih. Kasih pada Bapa dan pada sesama.

Shalom,
Topan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.