Kamis, 26 September 2013

Melihat Ke-Allah-an Yesus

Apa yang ingin kita lihat dari Allah ? Wajahnya ? Bentuknya ? Atau apanya ?

Lalu, dengan apa kita akan  melihatnya ?  Melihatnya dengan mata fisik kita  ?
Bagaimana kita mengharapkan melihat wujud  Allah dengan mata fisik kita yg lemah ? Yang  melihat benda di jarak yg jauh saja tidak mampu dan dengan semakin lanjut usia akan semakin berkurang kemampuannya bahkan hilang ?

Lalu,  kalau sudah melihat wajah/wujud  Allah, terus apa ?
Hanya untuk bilang :  "Waauu" gitu ? :-)

Supaya bisa memuji2 Allah dan selalu terkenang2 akan wajahnya yang.... ?. Nah loh ! , yang apa ?  yang berwibawa, ganteng, cantik, kiyut , lucu atau bagaimana ?

Ironis ketika kita terkadang tidak tahu apa yg sebenarnya kita butuhkan.

----
Yang kita butuhkan dari Allah adalah kehidupan kita, karena dari Dialah kita berasal. Bisa diibaratkan spt pohon dan tanah. Yg dibutuhkan oleh pohon dari tanah bukanlah wajah si tanah tapi si tanah itu sendiri. Keseluruhan si tanah karena dari tanahlah atau di tanahlah pohon itu hidup/ tumbuh.

Yang kita butuhkan dari Allah adalah apa yang dilakukan Allah pada manusia. Inilah yang esensial, yang utama.

Sama halnya dengan antar manusia . Ganteng atau cakep tapi nggak membantu atau tidak berkontribusi ya… buat apa ? Memangnya kenyang hanya memandangi wajah kekasih ? Apa anak2 akan kenyang hanya dengan memandangi wajah ayah dan ibunya ?

Apa yang dilakukan, apa yang diberikan, inilah yang kita butuhkan dari Allah.

Jadi, kalau melihat atau mau melihat Allah maka yang seharusnya kita bisa lihat adalah  perbuatanNya atau apa yang dilakukanNya.

Yesus memang manusia, namun kita bisa melihat Allah dengan melihat dia. Kita bisa melihat ke-Allah-an Yesus. Kita bisa melihat Allah dalam Yesus.

Bagaimana melihat ke-Allah-an Yesus ? Yakni dari perbuatan yang dilakukan Yesus, yakni sebagaimana yang dinyatakan oleh Yesus bhw perbuatan atau pekerjaannya adalah pekerjaan Allahnya (Bapanya) yang terjadi melalui dia.

Apa yg dilakukan Yesus ?
 
Yakni menyelamatkan, yakni memberi kehidupan(Yoh 3:16).

Menyelamatkan adalah melalui apa yang disebut mujizat. Menyelamatkan adalah dengan memberikan ajaran tentang bagaimana hidup yang baik.
 
Hidup yang baik adalah kembali menjadi baik, yakni baik kepada yang baik  dan juga kepada yang jahat. Kalau hanya baik kepada yang baik dan tidak kepada yang jahat maka itu belum bisa dikatakan sebagai baik.

Dan yang utama dari penyelamatan adalah pemberian kehidupan.

Yesus memberikan dirinya pada manusia, dan karena Allah bekerja melalui Dia maka ini sama artinya  dengan Allah memberikan diriNya kepada manusia.
 
Apakah Allah memang memberikan diriNya pada manusia ?

Coba saja lihat sekitar manusia, alam semesta , kehidupan bahkan diri manusia itu sendiri keberadaannya adalah dari Allah. Dari mana Allah memberikan semua yg ada dan diri manusia ? Ya dari diriNya sendiri, mo darimana lagi ? Dari ketiadaan ? Ketiadaan itu ya Dia juga.

Yesus memberikan dirinya artinya apa yg ada padanya menjadi milik penerima. Karena Yesus bersama2 Allahnya maka Allahpun akan berada bersama2 dengan penerima.

Yesus memberikan dirinya adalah dengan dia melaksanakan penugasan/pengutusan Allahnya. Dia dan Bapa sudah satu, alias dia tidak lagi sedang mencari surga atau pencerahan atau penyatuan dengan Allah karena sudah satu. Yang dilakukannya adalah sebagaimana yang dilakukan oleh Allahnya, yakni mencari dan menyelamatkan yang hilang, mencari dan menyelamatkan manusia berdosa.

Allah ya tetap Allah, entah manusia menyembahnya atau tidak. Dia tidak butuh pengakuan dari manusia. Ketika manusia melakukan dosa maka yang merugi si manusia itu sendiri. Melakukan dosa adalah penghancuran diri sendiri, self destruction. Allah tidak berkurang sedikitpun ke Allah an nya karena manusia melakukan dosa atau bahkan menghina Allah.
Dan karena Allah adalah Baik maka yg dilakukannya adalah kebaikan, yakni justru hendak dan akan mencari dan menyelamatkan manusia yang berdosa/dalam dosa.

Dan Yesus melakukan sebagaimana yang dilakukan Allahnya, alias...Yesus adalah Allah. Atau untuk membedakannya, kita pakai tanda kutip deh, Yesus adalah "Allah".  
Kita bisa melihat ke Allah an Yesus melalui apa yang dilakukannya.
Dari suatu perbuatan atau sikap, kita kemudian memberikan sebutan atau nama atau pengenalan akan perbuatan atau sikap tersebut. Misalnya, ketika seorang (sebut saja si A) menolong orang lain, kita sebut sebagai berbuat baik atau kebaikan.
 
Di saat ada orang lain (sebut saja si B) melakukan perbuatan yang sama maka kita pun akan menyebutnya sebagai perbuatan baik atau kebaikan. Kita tidak lagi melihat orang yang melakukannya, misalnya si A atau si B, yang kita lihat adalah perbuatannya, yakni kebaikan.

Allah mencari dan menyelamatkan manusia. Ketika ada manusia (Yesus) melakukan hal yang sama maka kita tidak lagi melihat si manusia tersebut (Yesus) , namun yang kita lihat adalah Allah.

Demikianlah melihat ke Allah an Yesus.

Nah, sekarang harusnya sudah bisa lebih mudah memahami perkataan Yesus yang ini :

Yoh 14:7 Sekiranya kamu mengenal Aku, pasti kamu juga mengenal Bapa-Ku. Sekarang ini kamu mengenal Dia dan kamu telah melihat Dia."
Yoh 14:8 Kata Filipus kepada-Nya: "Tuhan, tunjukkanlah Bapa itu kepada kami, itu sudah cukup bagi kami."
Yoh 14:9 Kata Yesus kepadanya: "Telah sekian lama Aku bersama-sama kamu, Filipus, namun engkau tidak mengenal Aku? Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa; bagaimana engkau berkata: Tunjukkanlah Bapa itu kepada kami.


Satu hal lagi dan ini sangat penting…
Dengan melihat Allah pada Yesus maka ini bukan berarti kita meng-Allahkan Yesus atau menjadikan Yesus sebagai Allah. Karena yang kita lihat hanya satu, yakni Allah. Yang kita lihat adalah Allah. Kita melihat Allah melalui melihat Yesus. Kita tidak lagi melihat siapanya (subyek) atau pribadinya  namun hanya melihat satu saja, yakni melihat Allah. Ketika kita melihat Allah maka Yesus tidak dilihat atau sedang dilihat. Yang dilihat adalah Allah.
Allah adalah Kasih. Ketika Yesus menunjukkan kasih maka kita melihat kasih, kita melihat Allah.


Dari sepasang suami-istri yang terus hidup bersama sampai kakek-nenek maka kita tidak lagi hanya melihat laki-laki dan perempuan (fisikal), kita bisa melihat kasih di antara mereka. Bahkan, itulah yang akan kita lihat. Kita tidak sedang menduakan kasih karena kita melihat ada dua pribadi (suami dan istri) karena pribadi2 tsb menjadi “hilang” ketika kita hanya melihat  kasih.
  
Salam,
Topan Ripan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.