3 hari 3 malam itu 'ngitungnya dari hari Kamis, bukan dari hari Jumat/kematian karena 12 ayat yg ada secara konsisten menulis bhw hari ketiga itu adalah dari saat Anak Manusia diserahkan, alias dari hari Kamis, bukan dari saat kematian.
Kapankah Yesus diserahkan ke dalam tangan manusia ?
Jawab :
Yakni dimulai dari penghianatan Yudas Iskariot,yakni setelah perjamuan makan terakhir. Di Kamis malam, Yudas menemui orang-orang yang kemudian akan menangkap Yesus di taman Getsemani.
Yoh 13:30 Yudas menerima roti itu lalu segera pergi. Pada waktu itu hari sudah malam.
---
Lihat salah satu dari 12 ayat :
Matius 17:22-23 Pada waktu Yesus dan murid-murid-Nya bersama-sama di Galilea, Ia berkata kepada mereka: "Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia
dan mereka akan membunuh Dia dan pada hari ketiga Ia akan dibangkitkan." Maka hati murid-murid-Nya itu pun sedih sekali.
Lihat di ayat tsb : diserahkan, dibunuh dan ---> pd hari ketiga Ia akan dibangkitkan.
Hari : Jumat -Sabtu-Minggu
Malam : malam Jumat-malam Sabtu, malam Minggu.
12 ayat di Kitab PB yang dimaksud adalah :
1.Mat 16:21
2.Mat 17:22
3.Mat 20:18
4.Mark 8:31
5.Mark 9:31
6.Mark 10:34
7.Luk 9:22
8.Luk 18:31
9.Luk 24:7
10.Luk 24:25
11.Luk 24:46
12.Kis 10:39
Minggu, 05 April 2020
Penyaliban
Bagian Pertama :
Pertemuan Dua Kehendak
Yesus berkata bhw dia diutus oleh
BapaNya. Dia melakukan pekerjaan2 BapaNya : mengajar, menyembuhkan yang sakit, mentahirkan yang kusta, mengusir
setan, membangkitkan yang mati dan mengampuni dosa. Singkatnya, Dia diutus untuk
menyelamatkan/menolong manusia.
Lalu ada peristiwa penyaliban…
Apakah Bapa juga mengutus Yesus untuk mati di kayu salib ?
Diutus untuk mati/dibunuh oleh otoritas politik dan agama pada waktu itu ?
Menyelamatkan dengan menyuruh mati disalibkan ?. Atau sebagaima yg
disalahpahami sebagian orang, yakni bahwa Bapa menghendaki kematian anaknya di
kayu salib agar amarahnya pada manusia menjadi padam ? Wadoohh ! . Apakah demikian ?. Tidak !
Lantas ?
Pada peristiwa penyaliban, bertemu dua kehendak, yakni. :
1) kehendak orang2 yg menentang kehendak Allah, dan
2) kehendak Allah.
Penentang kebenaran (penentang Allah dan Yesus) menghendaki
penyaliban sebagai jalan untuk menyudahi/menghentikan Yesus. Otoritas agama Yahudi
merencanakan pembunuhan atas Yesus dan
penyaliban adalah jalan yang mereka minta/pilih
untuk itu.
Di sisi seberangnya, kehendak Allah adalah menyelamatkan
manusia, sebagaimana pekerjaan2 Yesus yg telah diuraikan di atas.
Dalam peristiwa penyaliban, kehendak Allah adalah menanggung
kedegilan hati manusia, menanggung penentangan manusia tersebut, karena Kasih
menanggung segala sesuatu. Kehendak Allah dan Yesus adalah mengasihi manusia sehingga
ditanggunglah bahkan penolakan itu. Diterimalah rencana pembunuhan atas Yesus tersebut.
Penanggungan yang justru mengajarkan pada
manusia bahwa Kasih tidak berubah walau hinaan dan siksaan sampai pembunuhan
tubuh fisik dilakukan oleh manusia.
Penolakan atas kebenaran, hinaan, siksaan bahkan pembunuhan
atas tubuh fisik akan dihadapi, akan ditanggung oleh Yesus, utusan Allah
tersebut. Bukan penghancuran atau pembinasaan para penentang tersebut namun justru dengan menunjukkan dan memberikan kasih, yakni
dgn menanggung/menerima penentangan tersebut. Allah dan Yesus menghadapi
penentangan itu dengan Kasih, karena kasih menanggung segala sesuatu.
Manusia berdosa (dulu dan sampai di masa sekarang) artinya manusia menentang Allah, berbeda kehendak dengan Allah. Secara prinsip penentangan ini sama dengan Farisi dan ahli-ahli taurat yang menentang Yesus kala itu, yang merancang pembunuhan lewat penyaliban atas Yesus. Melalui pekerjaan Yesus dan peristiwa penyaliban, Allah melalui Yesus mengajarkan bahwa Dia menanggung penentangan manusia tersebut, Dia mengampuni dan mengasihi manusia. Dan manusia yang mau kembali padaNya, menerima AnakNya akan menerima Kasih KaruniaNya (grace, Yoh 1:17).
Di masa hidupNya sebagai manusia, Yesus berkata agar datang kepadaNya dalam keletihlesuan dan beban berat yang kita alami (Mat 11:28), Dia berkata bahwa Dia adalah kebangkitan dan hidup (Yoh 11:25) dan sampai dalam kematian yang dirancang oleh manusia kepadaNya Dia tetap dalam kasihNya. Dialah juruselamat yang diutus oleh Bapa. Dialah Gembala yang Baik, yang akan membawa manusia2 yang datang padaNya, manusia2 yang berdosa, manusia-manusia yang menentang Allah kembali ke hadirat Bapa bersama Dia.
Bagian Kedua : Tidak Bisa atau Tidak Mau
Bagaimana mau menyelamatkan manusia lah sendirinya aja tidak bisa menyelamatkan dirinya ?
Tepatnya sebenarnya bukan tidak BISA menyelamatkan diri tapi
tidak MAU menyelamatkan dirinya sendiri. Tidak mau menyelamatkan diri sendiri
karena memang mau menyelamatkan orang lain.
Ini bisa dengan mudah kita pahami dengan melihatnya pada
peristiwa sehari2 yang walau skalanya lebih kecil namun prinsipnya sama.
Contohnya bisa kita lihat pada seorang ibu yg berkorban demi anak yang akan
dilahirkannya. Sang ibu tidak mau menyelamatkan dirinya sendiri demi anaknya.
Contoh lain adalah pada para pejuang yang berjuang untuk kemerdekaan. Mereka
tidak mau menyelamatkan dirinya sendiri karena ingin menyelamatkan yang
lainnya, agar bangsanya bisa menghirup udara kemerdekaan.
Benar bahwa Yesus tidak selamat, yakni tidak selamat dalam
konteks fisikal. Tidak selamat secara fisikal alias mati, kematian fisikal.
Rohnya terlepas dari tubuh fisiknya (Luk 23:46).
Lantas keselamatan apa yang bisa diberikannya ?
Yang hendak dituju atau tujuan kedatangan Yesus adalah untuk
menyelamatkan jiwa-jiwa, menyelamatkan roh manusia, agar roh bisa kembali ke
hadirat Allah.
Di peristiwa penyaliban , Yesus adalah pemenang. Rohnya
tetap mengasihi Bapa dengan sempurna tanpa terpengaruh oleh penderitaan fisikal
yang dialaminya. Kasihnya yang sempurna pada Bapa telah menyelamatkannya. Dan
kasihNya pada sesamanya manusia juga tidak berubah sedikitpun walau dalam
kondisi penderitaan fisik yang dialaminya.
Oleh karena kasihnya pada Bapa dan pada sesamanya manusia
tersebut maka kemudian Yesus dapat menyelamatkan manusia, menjadi juru selamat
manusia, yakni menjadi perantara, menjadi penghubung antara Bapa dan manusia
yang meminta pertolongan pada Yesus. Prinsipnya sama saja pada orang-orang yang
meminta pertolongan pada Yesus untuk kesembuhan atau dalam hal pengusiran setan
atau dalam hal pertolongan2 lainnya. Permintaan pertolongan keselamatan roh
adalah meminta tolong pada Yesus untuk membawa roh kembali ke hadirat Allah.
Analoginya sebagaimana gembala menggendong pulang dombanya kembali ke kandang
atau menempatkan si domba di rumput yang hijau dan dekat air yang tenang.
salam,
topan ripan
Tulisan terkait :
Selasa, 03 Maret 2020
Abu, Debu dan Rabu Abu
Debu dan Abu di PL
Catatan : Abu berbeda dengan Debu
Di masa PL, debu dan abu digunakan
sebagai penanda penyesalan, dukacita (kesedihan) dan kepahitan (mourn and
bitterness).
Debu
Tiga sahabat Ayub merobek jubah mereka dan menaburkan debu di atas kepala mereka sebagai
tanda kesedihan atas apa yang dialami Ayub
(Ayub 2:11-12).
Debu dan Abu
Ayub menyamakan dirinya dengan debu
dan abu sebagai tanda penyesalan (repent) setelah Allahnya berfirman
kepada dia menjawab gugatan/komplain yang sebelumnya diucapkannya kepada
Allahnya. (Ayub 42:6)
Abu
Dari Kitab Esther 4:1-3
kita ketahui bahwa perobekan jubah dan
pemakaian abu adalah tanda kesedihan
yang dilakukan Mordekhai dan kemudian oleh orang Yahudi. Kesedihan akibat pembantaian yang akan dialami bangsa
Israel akibat adanya peraturan baru Kerajaan Persia.
Demikian pula yang tertulis di Kitab Yehezkiel, menaruh debu
di atas kepala dan berguling di abu adalah tanda kesedihan (Yeh27:30)
Satu-satunya ayat yang secara langsung menunjukkan peletakan
abu di atas kepala adalah yang dilakukan Tamar
di 2 Sam 13:19.Tamar bersedih atas kejahatan yang
telah dialaminya.
Abu di PB
Percikan abu lembu muda untuk menguduskan yang najis (Ibrani
9:13-14).
------------
Walaupun debu dan abu digunakan orang di masa lalu sebagai tanda
dukacita atau kepahitan namun penggunaan abu dan debu tersebut bukanlah sebuah
perintah dari Allah,
Rabu Abu
Nama Rabu Abu berasal dari pengolesan abu pertobatan di dahi
para jemaat disertai dengan ucapan "Bertobatlah dan percayalah pada
Injil" atau diktum "Ingatlah bahwa engkau adalah debu, dan engkau
akan kembali menjadi debu". (Kej 3:19). Catatan di PL yang pertama kali
menganalogikan manusia sebagai debu dan abu adalah oleh Abraham yang tertulis
di Kej 18:27.
Adalah Aelfric of Eynsham, seorang kepala biara Inggris,
pada abad ke 10 yang pertama kali menempatkan ritual “dies cinerum” (day of
ashes) sebagai awal dari rangkaian periode Paskah (Jumat Agung-Paskah).
Dia menulis :
“We read in the books
both in the Old Law and in the New that men who repent their sins bestrewed
themselves with ashes and clothed their bodies with sackcloth. Now, let us do
this little at the beginning of our Lent that we strew ashes upon our heads to
signify that we ought to repent of our sins during the Lenten fast. “
Dan kemudian dia memaksakan rekomendasinya ini dengan pencontohan
yang menakutkan perihal seseorang yang menolak datang ke gereja untuk Rabu Abu dan beberapa hari kemudian tewas
secara tak sengaja dalam sebuah perburuan babi hutan(Aelfric, “Lives of
Saints”, ed. Skeat, I, 262-266).https://catholicsay.com/what-is-ash-wedneesday/
Tradisi ini diikuti hingga saat ini oleh Gereja Katholik.
Martin Luther menolak tradisi/ritual Rabu Abu ini.
Praktek menaburkan kepala dengan abu telah ada sebelum munculnya
agama Kristen. Itu adalah simbol berkabung untuk orang mati di Yunani Kuno dan
Mesir. Abu berfungsi sebagai pengingat bahwa tidak ada dari kita yang abadi dan
cepat atau lambat kita akan menjadi debu, abu.
(Sumber 1:
https://culture.pl/en/article/why-do-poles-have-ash-sprinkled-on-their-heads)(Sumber
2
:https://christianity.stackexchange.com/questions/50887/what-is-the-origin-of-throwing-dust-over-head-as-a-sign-of-mourning-in-the-bib)
Kontemplasi :
Pengaitan dengan Kej 3:19
“dengan berpeluh
engkau akan mencari makananmu, sampai engkau kembali lagi menjadi tanah, karena
dari situlah engkau diambil; sebab engkau debu dan engkau akan kembali menjadi debu."
Debu berbeda dengan abu. Kembali menjadi debu adalah sebuah konsekuensi
yang menggambarkan kesementaraan, ketidakfanaan, bukan penanda kesedihan atau
penyesalan.
Kalau kita bicara ritual/simbol :
Pertobatan yg diajarkan
di Perjanjian Baru adalah dengan baptisan
air oleh Yohanes Pembaptis, dengan tujuan memohonkan hati nurani yg baik pada
Allah (Mark 1:4 dan 1 Pet 3: 21) dan
dengan Baptisan Roh Kudus oleh Yesus/Allah yakni ketika si manusia serius dalam
imannya. (Mat 28:19; Kisah 2:38-39)
Perihal pantang atau
puasa :
Puasa atau pantang adalah karena mempelai wanita (alias
manusia pengikut Yesus) menantikan dan mempersiapkan diri utk bertemu mempelai
Pria (Yesus) yang digambarkan melalui perumpamaan tentang gadis yang bijaksana
dan gadis yang bodoh (Mat 25:1-13).
Puasa dan pantang karena manusia sejatinya adalah anak-anak Allah dan
tanah (materi, tubuhfisik/debu tanah) tidak ada tempatnya di kerajaan surga
(Yoh6:63).
Kejadian 3:19 bicara tentang kefanaan manusia yang jatuh dalam
dosa. Yang kemudian akan bersusah payah hidup dari tanah sampai akhirnya
kembali ke dalam tanah, yakni tubuh fisiknya.
Adapun rohnya, roh tersebut harus hidup dalam Roh untuk beroleh
hidup kekal, yang salah satu jalan yang bisa ditempuh adalah dengan
berpuasa. Namun demikian, bukan puasa
atau berpuasa itu yang menghidupkan si roh tetapi adalah karena Kasih
Allah (only by grace) sebagaimana
dicontohkan ke penjahat yang disalibkan di sebelah Yesus yang meminta Yesus mengingatnya
atau seperti kepada roh-roh yang terpenjara yang kepada mereka Yesus datang memberitakan
Injil (1 Pet 3:19-20; 1 Pet 4:6). Mereka tidak puasa atau pantang tapi tetap
diberikan kasih karunia Allah agar dapat hidup dalam roh.
Kembali ke penyataan Aelfric of Eynsham, kepala biara
Inggris di bagian atas..
Dikutip ulang :
“We read in the books both in the Old Law and in the New that men who repent their sins bestrewed themselves with ashes and clothed their bodies with sackcloth. Now, let us do this little at the beginning of our Lent that we strew ashes upon our heads to signify that we ought to repent of our sins during the Lenten fast. “
Di mana ada tertulis di PB (in the New) orang yang mengaku dosa menaburi tubuhnya
dengan abu dan memakai baju dari karung ?
Shalom, TR
Langganan:
Postingan (Atom)