Bagian Pertama :
Pertemuan Dua Kehendak
Yesus berkata bhw dia diutus oleh
BapaNya. Dia melakukan pekerjaan2 BapaNya : mengajar, menyembuhkan yang sakit, mentahirkan yang kusta, mengusir
setan, membangkitkan yang mati dan mengampuni dosa. Singkatnya, Dia diutus untuk
menyelamatkan/menolong manusia.
Lalu ada peristiwa penyaliban…
Apakah Bapa juga mengutus Yesus untuk mati di kayu salib ?
Diutus untuk mati/dibunuh oleh otoritas politik dan agama pada waktu itu ?
Menyelamatkan dengan menyuruh mati disalibkan ?. Atau sebagaima yg
disalahpahami sebagian orang, yakni bahwa Bapa menghendaki kematian anaknya di
kayu salib agar amarahnya pada manusia menjadi padam ? Wadoohh ! . Apakah demikian ?. Tidak !
Lantas ?
Pada peristiwa penyaliban, bertemu dua kehendak, yakni. :
1) kehendak orang2 yg menentang kehendak Allah, dan
2) kehendak Allah.
Penentang kebenaran (penentang Allah dan Yesus) menghendaki
penyaliban sebagai jalan untuk menyudahi/menghentikan Yesus. Otoritas agama Yahudi
merencanakan pembunuhan atas Yesus dan
penyaliban adalah jalan yang mereka minta/pilih
untuk itu.
Di sisi seberangnya, kehendak Allah adalah menyelamatkan
manusia, sebagaimana pekerjaan2 Yesus yg telah diuraikan di atas.
Dalam peristiwa penyaliban, kehendak Allah adalah menanggung
kedegilan hati manusia, menanggung penentangan manusia tersebut, karena Kasih
menanggung segala sesuatu. Kehendak Allah dan Yesus adalah mengasihi manusia sehingga
ditanggunglah bahkan penolakan itu. Diterimalah rencana pembunuhan atas Yesus tersebut.
Penanggungan yang justru mengajarkan pada
manusia bahwa Kasih tidak berubah walau hinaan dan siksaan sampai pembunuhan
tubuh fisik dilakukan oleh manusia.
Penolakan atas kebenaran, hinaan, siksaan bahkan pembunuhan
atas tubuh fisik akan dihadapi, akan ditanggung oleh Yesus, utusan Allah
tersebut. Bukan penghancuran atau pembinasaan para penentang tersebut namun justru dengan menunjukkan dan memberikan kasih, yakni
dgn menanggung/menerima penentangan tersebut. Allah dan Yesus menghadapi
penentangan itu dengan Kasih, karena kasih menanggung segala sesuatu.
Manusia berdosa (dulu dan sampai di masa sekarang) artinya manusia menentang Allah, berbeda kehendak dengan Allah. Secara prinsip penentangan ini sama dengan Farisi dan ahli-ahli taurat yang menentang Yesus kala itu, yang merancang pembunuhan lewat penyaliban atas Yesus. Melalui pekerjaan Yesus dan peristiwa penyaliban, Allah melalui Yesus mengajarkan bahwa Dia menanggung penentangan manusia tersebut, Dia mengampuni dan mengasihi manusia. Dan manusia yang mau kembali padaNya, menerima AnakNya akan menerima Kasih KaruniaNya (grace, Yoh 1:17).
Di masa hidupNya sebagai manusia, Yesus berkata agar datang kepadaNya dalam keletihlesuan dan beban berat yang kita alami (Mat 11:28), Dia berkata bahwa Dia adalah kebangkitan dan hidup (Yoh 11:25) dan sampai dalam kematian yang dirancang oleh manusia kepadaNya Dia tetap dalam kasihNya. Dialah juruselamat yang diutus oleh Bapa. Dialah Gembala yang Baik, yang akan membawa manusia2 yang datang padaNya, manusia2 yang berdosa, manusia-manusia yang menentang Allah kembali ke hadirat Bapa bersama Dia.
Bagian Kedua : Tidak Bisa atau Tidak Mau
Bagaimana mau menyelamatkan manusia lah sendirinya aja tidak bisa menyelamatkan dirinya ?
Tepatnya sebenarnya bukan tidak BISA menyelamatkan diri tapi
tidak MAU menyelamatkan dirinya sendiri. Tidak mau menyelamatkan diri sendiri
karena memang mau menyelamatkan orang lain.
Ini bisa dengan mudah kita pahami dengan melihatnya pada
peristiwa sehari2 yang walau skalanya lebih kecil namun prinsipnya sama.
Contohnya bisa kita lihat pada seorang ibu yg berkorban demi anak yang akan
dilahirkannya. Sang ibu tidak mau menyelamatkan dirinya sendiri demi anaknya.
Contoh lain adalah pada para pejuang yang berjuang untuk kemerdekaan. Mereka
tidak mau menyelamatkan dirinya sendiri karena ingin menyelamatkan yang
lainnya, agar bangsanya bisa menghirup udara kemerdekaan.
Benar bahwa Yesus tidak selamat, yakni tidak selamat dalam
konteks fisikal. Tidak selamat secara fisikal alias mati, kematian fisikal.
Rohnya terlepas dari tubuh fisiknya (Luk 23:46).
Lantas keselamatan apa yang bisa diberikannya ?
Yang hendak dituju atau tujuan kedatangan Yesus adalah untuk
menyelamatkan jiwa-jiwa, menyelamatkan roh manusia, agar roh bisa kembali ke
hadirat Allah.
Di peristiwa penyaliban , Yesus adalah pemenang. Rohnya
tetap mengasihi Bapa dengan sempurna tanpa terpengaruh oleh penderitaan fisikal
yang dialaminya. Kasihnya yang sempurna pada Bapa telah menyelamatkannya. Dan
kasihNya pada sesamanya manusia juga tidak berubah sedikitpun walau dalam
kondisi penderitaan fisik yang dialaminya.
Oleh karena kasihnya pada Bapa dan pada sesamanya manusia
tersebut maka kemudian Yesus dapat menyelamatkan manusia, menjadi juru selamat
manusia, yakni menjadi perantara, menjadi penghubung antara Bapa dan manusia
yang meminta pertolongan pada Yesus. Prinsipnya sama saja pada orang-orang yang
meminta pertolongan pada Yesus untuk kesembuhan atau dalam hal pengusiran setan
atau dalam hal pertolongan2 lainnya. Permintaan pertolongan keselamatan roh
adalah meminta tolong pada Yesus untuk membawa roh kembali ke hadirat Allah.
Analoginya sebagaimana gembala menggendong pulang dombanya kembali ke kandang
atau menempatkan si domba di rumput yang hijau dan dekat air yang tenang.
salam,
topan ripan
Tulisan terkait :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.