Senin, 11 Juli 2011

Tubuh Fisik Yesus Setelah Kematiannya : Dematerialisasi dan Materialisasi

Tubuh fisik adalah materi, terbentuk dari materi. Kitab suci menyatakannya dari tanah. Tanah adalah simbol bagi dunia, bagi bumi.

Calon janin terbentuk dari pertemuan sperma dan sel telur. Sperma dan sel telur terbentuk dari makanan, minuman dan unsur2 materi lainnya dari laki-laki dan perempuan.

Janin terbentuk di dalam rahim dari makanan dan minuman yang dikonsumsi oleh calon ibu. Selanjutnya, setelah dilahirkan tubuh fisik itu berkembang dan bertahan hidup karena adanya makanan, minuman dan unsur2 di udara yang ada di dunia.

Pembentukan membutuhkan waktu, pada janin manusia, waktu itu adalah +/- 40 minggu. Pada mahluk lainnya waktu bervariasi.

Dari adanya perbedaan waktu antara satu mahluk dengan mahluk lainnya kita bisa melihat ke-relatif-an waktu. Waktu adalahj relatif.

Waktu terjadi karena adanya ruang sehingga kita mengenal ruang dan waktu. Adanya siang dan malam adalah karena adanya perputaran bumi pada porosnya (ruang). Adanya satu tahun adalah karena perputaran bumi mengelilingi matahari.

Pembetukan materi adalah materialisasi, terwujudnya materi dari sebuah ide/konsep/abstrak.

Ini bisa kita lihat dari proses terbentuknya janin di dalam kandungan.

Materialisasi bisa juga kita lihat dari mewujudnya rumah impian seorang arsitek.
Ada ide, ada konsep lalu ide/konsep itu mewujud ketika semen, pasir, besi, batu, air, kaca dlsb ‘berkumpul’ dan membentuk sebuah rumah impian.

Bisakah waktu materi ditiadakan ? bisakah rumah impian mewujud dalam waktu yang sangat singkat ? dalam kedipan mata atau dalam hitungan detik ?

Bisa saja, dan ini mudah dipahami ketika kita mengetahui bahwa waktu bisa menjadi bukan penentu  pada proses pewujudan. Yang utama adalah ide/konsep dan kemudian bahan-bahan pembentuknya dan energi yang dicurahkan untuk pewujudan tersebut.

Ada ide, ada konsep (dari si arsitek) dan ada bahan-bahan pembentuk rumah : batu, semen, pasir, air dan kaca.

Ke-relatifan waktu bisa kita lihat secara sederhana dengan melihatnya dari adanya uang (energi/purchasing power).

Ada uang, rumah bisa terbentuk dalam waktu singkat, bayar tukang yang banyak dan kerja siang malam, bikin pemanas supaya semen cepat kering dan bikin pelindung supaya tidak kehujanan.

Tidak ada uang, maka bangunan terbengkalai, tidak jadi-jadi.

Penentunya adalah ide, bahan-bahan pembentuk dan energi (uang) . Waktu menjadi relatif.
Sama saja dengan pengurusan KTP atau SIM :-), ada uang urusan sehari dua hari menjadi satu atau dua jam:-)

Inilah materialisasi, inilah pewujudan materi.

Dematerialisasi adalah kebalikan dari materialisasi.

Mayat mengalami dematerialiasi di dalam tanah. Daging dan tulang diurai, dikembalikan lagi ke unsur-unsur pembentuknya. Tanah kembali ke tanah.

Proses penguraian materi (mayat) secara alamiah terjadi di tanah/alam. Proses penguraian bisa dipercepat dengan dilakukannya pembakaran. Materi kehilangan wujudnya dalam waktu yang lebih singkat.

Dalam proses dematerialisasi penentunya adalah energi/upaya/daya, sama saja dengan proses materialiasi. Di tanah yang mengurai mayat adalah belatung-belatung dan cacing-cacing yang memakannya sekenyangnya mereka saja:-)

Pada pembakaran, mayat diurai dengan api dalam waktu yang lebih cepat dibandingkan penguraian oleh cacing dan belatung.

Manusia mengenal kuasa Ilahi yang adalah kekuatan yang bisa mengendalikan materi, yang berkuasa atas materi. Kuasa ilahi tidak mengenal keterbatasan ruang dan waktu.

Dengan memahami ini kita bisa memahami bahwa dematerialisasi mayat/tubuh fisik bisa dilakukan secepat bila tubuh fisik dibakar atau bahkan lebih cepat lagi.

Pembakaran menyisakan debu mayat, proses ditingkatan berikutnya bisa tidak menyisakan debu mayat melainkan dalam wujud energi sepenuhnya.

Bagaimanakah ini ?

Ini bisa dipahami ketika kita memahami bahwa materi adalah energi juga. Energi yang ‘memadat’. Batu bara yang dibakar menjadi energi sebenarnya bukan menjadi energi namun kembali ke ‘wujudnya’ semula yakni energi.

Einstein menyatakan energy tidak bisa diciptakan dan tidak bisa dimusnahkan, hanya bisa berubah wujud atau diubah wujudnya. Demikianlah kita memahami materi sebagai energi.
Contoh keseharian yang kita bisa lihat dan rasakan adalah dari makanan. Makanan padat kita makan (misalnya daging). Daging diubah/berubah menjadi tenaga (kalori) di dalam tubuh fisik kita.

…………..
Kurang lebih dua ribu tahun lalu, seorang manusia, Yesus dari Nazareth, mati di kayu salib.
Kemudian mayatnya ditempatkan di sebuah kuburan dan kuburan dijaga penjaga. Kemudian tubuh fisik itu ‘hilang’ dan kubur menjadi kosong.

Bagaimana mendapatkan pemahaman atas apa yang terjadi ? atas adanya kubur yang kosong ?

“Pilihan” pada tubuh fisik yang mati itu adalah dimasukkan ke tanah/dikubur dan kemudian diurai oleh alam (belatung, cacing atau unsur2 di udara) atau didematerialisasi oleh Allah/ Yesus dengan kuasa Ilahi.

Alam bisa dilihat sebagai Allah atau setidaknya bagian dari Allah.

Belatung, cacing atau unsur2 udara ada karena Allah, sehingga penguraian oleh alam sebenarnya adalah penguraian oleh Allah juga.

Dematerialisasi dalam waktu singkat dengan kuasa Ilahi ya sama saja, oleh Allah.

Lalu Yesus muncul dihadapan murid-muridnya dengan tubuh fisiknya. Perwujudan tubuh fisik, adalah materialisasi.  Materialisasi bisa terjadi melalui apa yang manusia sebut sebagai proses alamiah. Alam ada adalah dari Allah, kuasa Allah. Materialisasi bisa terjadi tanpa batasan ruang dan waktu, oleh Allah atau oleh kuasa Ilahi.

Demikianlah yang terjadi pada tubuh fisik Yesus. Tubuh fisik itu mati. Kemudian ada proses dematerialisasi dan materialisasi.

Materialisasi :

Lukas 24:15 Ketika mereka sedang bercakap-cakap dan bertukar pikiran, datanglah Yesus sendiri mendekati mereka, lalu berjalan bersama-sama dengan mereka.
Lukas 24:39 Lihatlah tangan-Ku dan kaki-Ku: Aku sendirilah ini; rabalah Aku dan lihatlah, karena hantu tidak ada daging dan tulangnya, seperti yang kamu lihat ada pada-Ku.”
Dematerialiasi :
Lukas 24:31 Ketika itu terbukalah mata mereka dan merekapun mengenal Dia, tetapi Ia lenyap dari tengah-tengah mereka.
Kisah P. Rasul 1:9 Sesudah Ia mengatakan demikian, terangkatlah Ia disaksikan oleh mereka, dan awan menutup-Nya dari pandangan mereka.
……..


Lantas untuk apa materialisasi dan dematerialisasi ?

Pesan atau kebenaran yang hendak disampaikan melalui proses kematian dan kebangkitan adalah bahwa ada kehidupan setelah kematian fisikal. Kematian fisikal bukanlah akhir dari segala-galanya. Kemana si manusia pergi selanjutnya ditentukan oleh dimana hati si manusia berada.  Kehidupan selanjutnya ditentukan oleh apa yang diinginkan dan dilakukan si manusia di kehidupan sebelumnya. Sebab menyebabkan akibat, cause and effect.


Jadi :

Mat 6:20 Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya. 6:21 Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada.
Mat 22:37 Jawab Yesus kepadanya: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu
Mat 22:39 Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.


Selamat Paska  2010 !


Salam,
Topan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.