Rabu, 06 Juli 2011

Inner Peace


Kita sudah pernah mendengar ungkapan : “give and take” atau terkadang menjadi “take and give”. Kita bahkan mungkin sudah memasukkan ungkapan itu dalam hubungan sosial kita, dalam pertemanan, bahkan dalam hubungan suami istri, “give and take dong say”..
 
Sepintas tidak ada yang salah dengan idiom atau ekspresi tersebut, tapi, apakah demikian ?

Give atau giving tidak susah memahaminya, yang susah adalah melakukannya. Give adalah memberi perhatian, memberi sebagian uang, memberi sebagian kepunyaan kita dan memberi-memberi lainnya, yang kalau bisa disimpulkan adalah memberi diri kita.

Bagaimana dengan take ?

Kalau diterjemahkan ke bahasa Indonesia take artinya mengambil.

Saya sudah memberi maka saya mengambil… give and take..

“Biar balance, khan gue sudah memberi maka gue punya hak untuk mengambil”.

“Gue khan sudah perhatian, mosok gue ‘nggak diperhatikan ?”

Sepertinya balance, sepertinya seimbang, namun “keseimbangan” inilah yang justru membuat kita susah, membuat kita kehilangan inner peace kita.

Inner peace hilang justru karena ada konflik dalam “keseimbangan” itu.

Konflik yang terjadi yang di dalam diri kita sendiri, yang disebabkan oleh diri kita sendiri, yakni karena mencampur memberi dan mengambil. Mencampur giving dan taking.

Kita jadi “kebingungan”, dan kehilangan inner peace kita, akibat kesalahan sendiri, ulah diri sendiri, yakni mencampur memberi dan mengambil, mencampur giving dan taking.

Kalau diibaratkan gerakan, kita bergerak maju sekaligus mundur.. maju tapi mundur, mundur tapi maju, ‘nggak jelas, dan akhirnya ya… kebingungan.

Kalau diibaratkan gerakan, sebagaimana gerakan tangan, memberi itu gerakan maju. Mengambil adalah gerakan mundur. Dalam memberi, tangan bergerak dari kita ke arah luar, menjauhi kita, sementara itu mengambil adalah menjangkau dari luar diri dan memasukkannya ke arah kita. Memberi dan mengambil adalah dua hal yang kontradiktif, dua hal yang berlawanan.

Menggabungkan dua hal yang berlawanan menyebabkan kebingungan, mau maju atau mundur ? Bingung…

Dalam kebingungan mudah terjadi miskomunikasi, mudah terjadi konflik, bahkan kebingungan itu sendiri sebenarnya sudah merupakan konflik, konflik di dalam diri.

Konflik terjadi ketika tuntutan tidak terpenuhi, ketika tidak ada yang bisa diambil.

“Sudah memperhatikan, eh gue dicuekin…. sebel “.

Muncul konflik… sehingga inner peace hilang.

Lalu ada ‘modifikasi’ : ” bagaimana kalau hari ini memberi alias maju, besok mengambil, balance gitu loh”…

Pertanyaan pertama : bagaimana kalau semua orang berpikir demikian ?

Yang pasti ‘nggak ada yang bisa diambil, karena semua orang mau mengambil di keesokan harinya.

Si A mau mengambil waktu si B, sementara si B mau mengambil waktu si C dstnya…dstnya, tidak ada yang bisa diambil.

Pertanyaan kedua : bagaimana kalau tidak ada hari esok ?

Yang pakai hitung-hitungan “hari ini memberi, besok mengambil” akan mengurungkan niatnya untuk memberi karena akan terasa merugikan.

Sehingga, rumus hari ini memberi dan besok mengambil alias diselang-seling juga tidak bisa jalan.

Jadi bagaimana ?

Kalau maju ya maju saja, tidak usah dicampur dengan mundur. Ini untuk kebaikan sendiri, untuk kesejahteraan diri sendiri, untuk inner peace.

Daripada bingung maju tapi mundur, mundur tapi maju, lebih baik memilih satu saja yakni maju, yakni memberi saja.

Memberi saja, tidak usah dicampur-campur dengan mengambil.

Rumusnya adalah :memberi. Ya, hanya memberi saja. Give saja, bukan give and take.
Tidak perlu pusing dengan mengambil (taking/take).

Hari ini memberi, besok memberi, esok lusa memberi, seterusnya memberi..

Ketika semua orang berpikir dan memilih untuk memberi maka ketika pemberi bertemu dengan pemberi maka yang terjadi adalah sebuah penerimaan/menerima (receiving). Pemberi yang satu menerima dari pemberi kedua, pemberi kedua menerima dari pemberi pertama dan seterusnya dan seterusnya.

Kalaupun pemberi pertama tidak menerima dari orang yang diberikan pemberian, dia tetap dalam inner peace, karena dia tidak mencampur maju dengan mundur, tidak kebingungan, tidak terikat pada apapun….. bebas.

Kalau “dinaikkan” ke tataran tingkat “atas”, ternyata ada Pemberi yang selalu memberi, Sang Maha Pemberi yang bahkan memberikan si pemberi-pemberi suatu kehidupan.

Ketika si pemberi-pemberi itu tidak menerima dari orang-orang yang diberinya (waktu, perhatian dll) maka ia akan bertemu dengan Sang Maha Pemberi dan menerima dari Dia.
Jadi berpikir dan bertindaklah untuk give saja, untuk memberi saja, receive tidak usah dipusingkan.

Take/taking tidak dipikirkan dan dilakukan supaya tidak kebingungan, supaya tidak kehilangan inner peace.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.