Senin, 11 Juli 2011

Penghianatan Yudas dan Ketakutan Yesus

Berikut adalah dialog melalui email antara saya dengan sahabat saya perihal penghianatan Yudas dan ketakutan Yesus di taman Getsemani.

Salam,
Topan

——————-
Subject: Re: Judas and Jesus
Date: Sat, 20 May 2000 00:14:15 -0400
From: bhswett@
To: topan_ripan@

Gospel According to John :

John 17:12 “While I was with them, I protected them and kept them safe by that name you gave me. None has been lost except the one doomed to destruction so that Scripture would be fulfilled.”

17:12 Selama Aku bersama mereka, Aku memelihara mereka dalam nama-Mu, yaitu nama-Mu yang telah Engkau berikan kepada-Ku; Aku telah menjaga mereka dan tidak ada seorangpun dari mereka yang binasa selain dari pada dia yang telah ditentukan untuk binasa, supaya genaplah yang tertulis dalam Kitab Suci.

Topan :
Scripture is Isaiah and other OT. The one doomed, was he Judas Iscariot ?
(kitab yang dimaksud adalah kitab Yesaya dan kitab PL lainnya. Seorang yang ditentukan untuk binasa, apakah itu Yudas Iskariot ?)


Ben :
Yes, this passage refers to Judas. But it was the Devil who put it into his heart to betray Jesus (John 13:2). And the Greek text does not say “doomed to destruction” — it says “son of destruction” because he obeyed the Devil.
(Ya, ayat ini merefer ke Yudas. Tapi si Jahat lah yang meletakkan penghinatan Yudas atas Yesus (Yoh 13:2). Kitab Yunani tidak menulis “ditentukan untuk binasa”. Kitab Yunani menulis “anak kehancuran” karena Yudas menuruti Si Jahat)


Topan :
If Judas was not doomed, the scripture would not be fulfilled ? Cause and effect ?
(Jika Yudas tidak binasa,  apakah artinya nubuatan tidak terpenuhi ? sebab dan akibat ?)


Ben :
I don’t believe the fulfilling of scripture depended on Judas. If he had not betrayed Jesus, someone else would have.
(saya tidak percaya bahwa pemenuhan nubuatan tergantung pada Yudas. Jika ia tidak menghianati Yesus, akan ada yang lainnya)


Topan :
If I could twist it a little, Judas could be seen as a saviour then ? He was not doomed, but chosen in order to fulfill the scripture.
(Jika saya “memelintirnya” sedikit, Yudas bisa dilihat sebagai penyelamat dong ?. Dia bukan  binasa, tapi memang dipilih untuk memenuhi nubuatan kitab suci)


Ben :
No, Judas wasn’t a savior. He was a weak man who obeyed the Devil.
(Tidak, Yudas bukan penyelamat. Dia adalah manusia yang lemah yang menuruti si Jahat)


Topan :
Another thought , Sorry if I am turning following Jesus to the religion about Him. Jesus knew who would turn him since the last supper, maybe from the beginning when He chose Judas as one of His disciples.
(Pikiran lainnya, maaf apabila saya membuat mengikuti Yesus menjadi sebuah agama tentang Dia. Yesus mengetahui siapa yang akan menghianatinya semenjak di perjamuan terakhir, mungkin malah dari awal ketika Dia memilih Yudas sebagai muridnya)


Ben :
Before the last supper, Jesus said he would be betrayed. At the last supper, he said one of his disciples would betray him, and then who would betray him. But I don’t believe he knew who would betray him when he selected Judas as one of his disciples.
(Sebelum perjamuan terakhir, Yesus mengatakan bahwa Dia akan dihianati. Pada perjamuan terakhir, dia mengatakan bahwa salah satu muridnya akan menghianatinya, dan kemudian menunjukkan siapa yang akan menghianatinya. Tapi saya tidak percaya Dia sudah mengetahui siapa yang akan menghianatinya ketika dia memilih Yudas menjadi muridNya).



Topan :
He knew He had to die. He had a very close relationship with God. Why was he scared ? and said … “My Father, if it is possible, may this cup be taken from me. Yet not as I will, but as you will.” Why was He afraid of dying if He knew or told about His mission ?
(Dia tahu Dia akan mati. Dia memiliki hubungan yang sangat dekat dengan Allah. Mengapa Yesus takut ? dan berkata : “Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki.”   Mengapa Yesus takut mati jika Dia sudah tahu atau sudah diberitahu tentang hal itu  ? 


Ben :
I believe he was afraid he would not be connected to God at the moment of death because he knew he was going to die in extreme agony. He knew he would have to make sure of his connection to God while he was on the cross,and then maintain that connection as he died.
And he knew, by allowing himself to be killed while he was bound to God and mankind by his own caring-connections, he would bind himself to the struggle to save men’s souls, for as long as the human race exists.
Only those who truly understand the law of attachment can appreciate the magnitude of his self-sacrifice. Physical pain and death was the least of it.
Amen
Ben
(Saya percaya, ketakutan Yesus adalah kemungkinan terjadinya ketidakterhubunganNya dengan Allah pada saat kematiannya, karena Dia tahu Dia akan mati dengan penderitaan yang sangat ekstrim. Dia perlu memastikan adanya hubunganNya/KasihNya pada  Allah saat Dia disalib dan mempertahankan hubungan/kasih itu sampai ajal menjemput.
Dan Dia tahu, bahwa dengan membiarkan diriNya terbunuh di saat Dia terhubung sekaligus pada Bapa dan pada manusia dengan kasihNya, maka Dia akan mengikatkan diriNya dalam perjuangan penyelamatan jiwa-jiwa manusia selama  eksistensi manusia.
Hanya orang benar2  mengerti Hukum Kasih/hukum keterikatan yang bisa mengerti besaran pengorbanan diri ini. Penderitaan dan kematian fisikal tidak ada artinya sama sekali.)


==========

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.