Senin, 11 Juli 2011

Cinta Memang Tidak Pernah Memiliki

ketika berlanjut  : “kau jadi milikku seorang, dan aku jadi milikmu seorang” , senyum tersungging..
ketika tidak berlanjut : “cinta tidak harus bersatu, cinta tidak harus memiliki”, uhuk..uhuk..uhuk..

bagaimana ? 
………..

pacaran, dunia milik sendiri, dia hanya memperhatikan saya, saya pun hanya memperhatikan dia, hhmmm…

pernikahan, dia adalah milikku, sudah disatukan, sudah menyatu, hubungan spesial, hubungan khusus. hhmmmm….

egoisme ?

dengan berjalannya waktu,  realita-realita yang dulu entah sengaja atau tidak sengaja tidak diperhatikan mulai bermunculan ke permukaan..
sepertinya egoisme harus luruh, kalau tidak, ya tidak akan bertahan..

perhatiannya.. 

di rumah ternyata dia membaginya dengan orang lain, dengan anak-anak, dengan orang tuanya, dengan keluarga besarnya, dengan tetangga , dengan pembantu rumah tangga bahkan dengan temannya yang dulu sebelum pernikahan alias masih pacaran seolah-olah tidak ada.

di kantor, lebih terpecah-pecah lagi.. untuk pendapatan dan untuk biaya, untuk profit. Judulnya saja tiga, pendapatan, biaya dan profit tapi rincian-rincian di dalamnya sudah akan bikin pusing seharian..

hanya tersisa sedikit saja untuk diri ini. ah,.. egoisme (atau ketololan ?) mengapa dulu terlihat semata hanya untuk diri sendiri ?

kalau ada 24 jam dan 6 jam untuk tidur, sisa yang 18 jam lagi terbagi-bagi untuk semua orang bahkan untuk bukan orang : hobi, benda-benda, pendapatan, biaya…. hhhmmmm…

tubuh fisiknya..

begitu dia memperhatikan yang lain, tubuh fisiknya pun sudah tidak ada lagi bersama-sama.
memperhatikan anak-anak  maka pikirannya di anak-anak, menemani mereka mengerjakan pr, tubuh fisiknya tentunya digunakannya untuk melaksanakan perhatiannya tersebut. 

menemani mereka bermain atau berjalan-jalan atau membeli keperluan-keperluan mereka.
memperhatikan ibunya, mengantar ibunya ke arisan, ke acara keluarga dlsb… hhmm tubuhnya pun sudah terbagi-bagi. 

lalu arisan dengan tetangga, hang out  dengan teman-teman kuliahnya dulu, teman-teman sma-nya, teman-teman kantor… ah… begitu ya ternyata ?!..

dia toh sharing juga dengan adik-adiknya, dengan ibunya, dengan anak-anak, dengan teman-temannya…. . 

ternyata saya hanyalah salah satunya saja.

lebih pas teman curhat ? ah tidak juga, saya tidak mengerti semuanya atau kalaupun cuma sedikit. ada temannya, ada keluarganya atau bahkan ibunya sendiri yang lebih mengerti suatu persoalan tertentu.

bodoh atau egois sekali rasanya kalau semua persoalan harus ditanyakan pada saya, harus dishare dengan saya..

kenikmatan fisikal ?

lah tukang pijat salon, walau perempuan juga, toh sudah juga memberikannya kenikmatan fisikal..

belum kita bicara sauna, alat yang juga memberikan kesegaran fisikal.. hhhmmm

lalu tubuh fisiknya yang terdalam, milik saya kah ?

tidak juga..

dia khan memerlukan itu untuk pipis.. 

diperlukannya juga untuk proses alamiah bulanannya dan ketika ini datang, toh saya tidak bisa apa-apa..

salah satu anak menggunakannya juga sebagai jalan lahir.. hhmmm…

tidak ada yang benar-benar milik saya..

lalu membaca koran, membaca a fenomena perselingkuhan..

satu hal positif yang bisa diambil bahkan dari peristiwa menyakitkan itu adalah bahwa tidak ada satupun manusia yang benar-benar memiliki seseorang. bahkan kata memiliki pun  tidak tepat.

kepada korban, perselingkuhan adalah bukti paling ekstrim (dan menyakitkan) bahwa tidak ada kepemilikan seseorang atas yang lainnya. 

kepada pelaku, apa sih yang hendak didapatkan ?

kepemilikan terhadap manusia lainnya ? halah.. sama saja kok dengan uraian di atas, malah lebih ribet lagi…

kenikmatan fisikal ? ujung-ujungnya sepertinya akan sama saja. belum bicara konsekuensinya..

at the end akan sama saja.. menuntut lebih terutama ketika terbawa rasa, lalu apa ? diresmikan ? ya akan sama aja dengan sebelumnya..

………………

kalau memiliki, seharusnya bisa terserah-serah saya saja mau diapakan. mau dibungkus kek, dibiarin kek, dilempar-lempar , seterserahnya saja..

tapi tidak demikian adanya !!.. resmi atau selingkuh ya sama saja.

ketika hendak curhat pun, kalau dia lagi memperhatikan si kecil ya tidak bisa juga..
ketika hendak jalan bareng, lah selingkuhan pergi sama anak/suaminya atau malah sama ibunya..

kedekatan fisikal ? ah.. ketika datang tamu bulanannya, tidak bisa apa-apa juga..
tidak ada yang dimiliki, tak seorangpun yang bisa dimiliki.

sebagai pembenaran orang berkata “cinta tidak harus bersatu, cinta tidak harus memiliki”.
sepertinya  itu bukan pembenaran, itu adalah kebenaran. cinta memang tidak pernah memiliki !

topan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.