Senin, 18 Juli 2011

Perihal Sabat

Ada yang menyatakan di hari sabtu, setelah hari Jumatnya meninggal, Yesus istirahat, bahwa Allah tidak membangkitkan Yesus di hari sabtu/sabat karena Allah istitahat, karena Allah menghormati HukumNya.
Demikiankah ?
Kalau kita lihat 1 Pet 3:19-20, maka kita bisa dapatkan bahwa semenjak kematiannya, termasuk  di hari sabtu alias sabat, Yesus tidak beristirahat :-) .
Dia tetap bekerja. Mengasihi AllahNya, mengasihi manusia.

Apalagi kalau kita ingat perkataanNya dimana dia menyatakan bahwa  “makanannya” adalah melakukan kehendak BapaNya (Yoh 4:34). Tak melakukan kehendak Bapa, tak mengasihi artinya ya tak makan lah, dan tak makan bisa "lapar" , bisa "pusing" , bahkan “mati” .

Ketika mati di kayu salib, Roh Yesus terpisah/terlepas dari tubuh fisiknya. Tubuh fisik dimasukkan ke makam dan Roh kembali ke Tangan Bapa (Luk 23:46) Dia (Roh)  berada di dunia orang mati, di alam roh, mencari dan menyelamatkan roh.

Ini bisa kita lihat di 1 Pet 3:19-20. Dan sampai sekarang, itulah yang dilakukanNya, mencari dan menyelamatkan roh.

1 Pet 3:19 dan di dalam Roh itu juga Ia pergi memberitakan Injil kepada roh-roh yang di dalam penjara,
1 Pet 3:20 yaitu kepada roh-roh mereka yang dahulu pada waktu Nuh tidak taat kepada Allah, ketika Allah tetap menanti dengan sabar waktu Nuh sedang mempersiapkan bahteranya, di mana hanya sedikit, yaitu delapan orang, yang diselamatkan oleh air bah itu.



Dari Hukum Taurat tentang Sabat, dengan kedatangan Yesus yang menggenapi Hukum Taurat maka Hukum itu diberi roh, yakni Kasih, karena Yesus adalah Kasih sebagaimana Allah adalah Kasih.

Ini sama dengan bunga mawar atau kata "cinta"/"kasih" yang digunakan oleh manusia sebagai perwujudan cinta/kasih yang abstrak.

Yang utama itu bukan bunga mawarnya, karena bunga mawar bisa diganti dengan cincin atau coklat.
Yang utama (esensial) itu bukan kata "kasih" nya, karena kata "kasih" bisa diganti dengan kata "love" .

Hukum Taurat Sabat yang dilihat adalah esensinya, yakni balancing, keseimbangan, istirahat. Dicontohkan dengan  Allah (reffering)  yang setelah 6 hari mencipta kemudian beristirahat di hari ke 7.

Apakah harus saklek hari sabtu ?

Lah hari sabtu, bahkan senin-minggu itu khan bikinan manusia. Bumi berputar pada porosnya dan sekaligus mengelilingi matahari. Ya begitu-begitu aja. Terang-gelap-terang-gelap. Mana ‘ngerti bumi itu senin atau selasa bahkan sabtu ? Bumi mah muter2 aja begitu. Lagipula, kalau kita renungkan, namanya saja sama yakni  : “Senin”. Tapi secara esensial tidak. Kenapa ? karena bumi berputar terus, tidak kembali lagi ke senin yang pertama atau kedua dstnya, tidak ada senin yang sama. Artinya hari ke 7 minggu berikutnya itu bukan lagi hari ke 7 tapi hari ke 14 dstnya..

Perputaran bumi pada porosnya kemudian dibuatkan jamnya, dibagi 12 jam untuk masing-masing.  Lalu lahirlah hari, hari pertama sampai hari ke 7. Darimanakah ini ? Sepertinya ‘nyontoh dari penciptaan.  Yang dicontoh itu esensinya, karena penciptaan itu ‘ndak saklek 24 jam sehari.  

Hari di Penciptaan itu bukanlah hari sebagaimana kita mengenalnya (senin-minggu). Lihat saja kitab kejadiannya. Hari (day) di peristiwa penciptaan adalah dalam konteks Allah, bukan dalam konteks terang dan gelap dalam konteks manusia (perputaran bumi pada porosnya).

Kalau kita katakan “day” atau “hari” dalam konteks manusia, alias dari perputaran bumi pada porosnya maka itu sama dengan kita menyatakan Allah berada dalam keterbatasan karena terang dan gelap bumi berputar pada porosnya itu adalah di alam keterbatasan.

Lalu lahirlah hari pertama sampai hari ke 7, dan istirahat di hari ke 7 dalam konteks manusia.

Ini untuk memudahkan saja. 

(detail perihal hari penciptaan bisa dibaca di sini )

Esensinya bukan di hari sabtu tapi di istirahatnya, di menguduskannya. Di mengingatnya.

Oleh karena inilah makanya  Yesus tidak melanggar sabat ketika menolong orang di hari sabat. Karena esensi dari sabat adalah kasih, kasih pada Allah.

Lah bagi Yahudi yang cuma melihat kulit luarnya saja, Yesus melanggar sabat, karena mereka tidak melihat esensi sabat. Mereka cuma melihat : hari sabtu (sabat) dan Yesus melakukan sesuatu... vonis : melanggar sabat !. Cetek, cuma melihat hari/nama harinya tok, tidak memahami esensinya.

Sama seperti hanya melihat bunga mawarnya saja. Kalau cinta dinyatakan dengan cincin atau coklat artinya melanggar... .:-).  Vonis karena melihat kulitnya saja, tidak melihat esensinya : cinta.

Jadi, yang mau sabat di hari sabtu,  monggo. Yang mau sabat di hari lainnya silahkan. Bahkan ingat Tuhan itu harusnya tiap hari, bukan cuma seminggu sekali.

Oh ya, hari sabat tidak seharusnya dipertentangkan dengan hari Minggu, dimana seolah2 hari Minggu itu salah .

Esensi hari Minggu adalah Hari Tuhan, Hari Yesus. Hari kemenangan Yesus atas maut. Lah kalau mau sekalian dijadikan hari sabat alias istirahat ya ndak masalah. Adapun sabat,  itu esensinya adalah hari istrirahat, sebagaimana Allah beristirahat di hari ke 7 setelah 6 hari mencipta.

Melalui hari sabat  manusia diajar utk mencari keseimbangan, untuk istirahat, mosok mau kerja dari senin ke senin ? bisa lupa diri tuh ! :-)


cheers,
Topan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.