Rabu, 13 Juli 2011

Irimi-Tenkan : Abstrak dan Perwujudan




O’sensei berkata sbb :

It is a mistake to use pillars or trees and shrubs as a shield like the warriors of old. Stand right in front of the advancing enemy with his intention [kokoro] to attack as your shield; enter into the center of the thrusting spears and, utilizing the principle of 'turning the body'[tenkan]. (From the book "Budo Training in Aikido" (aka: Budo Renshu/ Aikijujutsu Ogi), written by Ueshiba Morihei - published in 1933).

Terjemahan bebas :

Adalah suatu kesalahan apabila menggunakan tiang atau pepohonan dan semak belukar  sebagai pelindung sebagaimana yang dilakukan oleh prajurit-prajurit di masa lalu. Berdirilah tepat di hadapan musuh yang datang dan gunakan niatnya menyerang sebagai pelindung; masuklah ke tengah tombak yang sedang menusuk dan gunakan tenkan.

------------------

Dari perkataannya di atas kita bisa dapatkan bahwa O’ sensei mengajarkan suatu hal yang ekstrim yang berbeda dengan cara yang dilakukan oleh prajurit2 di masa lalu, atau  bisa  kita katakan sebagai cara yang berbeda langit dan bumi dengan cara yang sebelumnya diketahui.

Dari perkataan O’sensei di atas kita bisa uraikan menjadi dua bagian yakni :

1.    Mind-Setting  : Berdiri di hadapan penyerang dan mengggunakan intensi/niat (kokoro) penyerang sebagai pelindung.  

Ini adalah  hal yang abstrak karena intensi/kokoro/niat itu adalah sesuatu yang abstrak .Abstrak artinya  tidak ada batasnya atau tidak terbatas atau tidak ditentukan oleh ruang dan waktu. 

Berdiri menghadapi adalah mind- setting. Berdiri menghadapi artinya menerima, adalah masuk ke dalam “persoalan”,berdiri menghadapi adalah irimi dalam makna abstrak atau irimi abstrak.

Menggunakan kokoro penyerang sebagai pelindung adalah mind-setting. Atas adanya sebuah niat menyerang (oleh penyerang/uke), O’sensei mengajarkan sebuah mind setting (spirit) yakni menghadapinya/berlindung dengan intensi menyerang dari si penyerang itu sendiri. 

Tiang/pilar, pohon dan semak-semak yang digunakan sebagai pelindung oleh prajurit di masa lalu adalah materi, adalah benda, dan bagi O’sensei, hal-hal itu  tidak bisa digunakan sebagai pelindung dari sebuah niat menyerang (kokoro). 

Materi tidak dapat digunakan sebagai tempat berlindung. Mind setting lah yang digunakan untuk berlindung. 

Mind setting yang bagaimana ?

Intensi/niat  menyerang  tidak dihadapi dengan niat berlindung/mempertahankan diri sendiri (memikirkan diri sendiri) atau dengan niat menyerang juga. Niat menyerang dihadapi dengan niat si penyerang itu sendiri. Atau dapat dikatakan membiarkan niat menyerang itu mendapatkan “lawan” dari niat itu sendiri, alias biarkan penyerang menahan/melawan dirinya sendiri. Atau biarkan penyerang sendirian. Ini adalah sesuai dengan perkataan O’sensei sbb :

Those who have a warped mind, a mind of discord, have been defeated from the beginning”
When an enemy tries to fight with me, the universe itself, he has to break the harmony of the universe. Hence at the moment he has the mind to fight with me, he is already defeated. There exists no measure of time - fast or slow.
Therefore to compete in techniques, winning and losing, is not true budo. True budo knows no defeat. "Never defeated" means "never fighting."

Bagaimanakah membiarkan penyerang sendirian  di tataran/secara  mind setting ? bagaimana membiarkan penyerang melawan dirinya sendiri ? 

O’ sensei memberikan jawabannya sbb :

The secret of Aikido is to harmonize ourselves with the movement of the universe and bring ourselves into accord with the universe itself. He who has gained the secret of Aikido has the universe in himself and can say, "I am the universe."

Then, how can you straighten your warped mind, purify your heart, and be harmonized with the activities of all things in Nature? You should first make God's heart yours. It is a Great Love, Omnipresent in all quarters- and in all times of the universe. "There is no discord in love. There is no enemy of love." A mind of discord, thinking of the existence of an enemy, is no longer consistent with the will of God.

Mind setting yang diperlukan ketika hendak menggunakan intensi/niat/kokoro penyerang sebagai shield/pelindung  adalah meluruskan/memperbaiki pikiran yang tidak lurus yang ada di dalam diri kita, yakni dengan membuat hati Tuhan menjadi hati kita. Bagaimanakah itu ? yakni di bagian selanjutnya.. “there is no enemy of love”, mind setting yang melihat musuh/penyerang bukan sebagai musuh.


2. Gerakan (fisikal) :  masuk/irimi (enter into the center of the thrusting spears) dan tenkan.

Masuk dan tenkan fisikal adalah “hasil” dari sebuah mind-setting : berdiri menghadapi dan menggunakan  kokoro penyerang sebagai pelindung. Gerakan irimi-tenkan adalah hasil dari sebuah mind setting. 

Irimi  dan tenkan adalah bentuk lahiriah dari berdiri dan menggunakan kokoro penyerang sebagai pelindung. 

Materi/fisikal (gerakan fisikal) adalah perwujudan dari yang abstrak (mind setting).

Ada materi (tubuh dan tombak uke) yang bergerak ke arah materi (tubuh nage). Gerakan datang uke diterima dengan gerakan berdiri/masuk dari nage yang dilanjutkan dengan gerakan tenkan. Gerakan tenkan adalah agar materi tidak berbenturan dengan materi (tubuh dan tombak uke vs tubuh nage).

Gerakan fisikal itu adalah hasil /bisa terjadi ketika ada mind setting yang juga demikian yakni mind setting yang irimi-tenkan. Mind setting sebagaimana diuraikan di bagian 1.
Sehingga dapat dikatakan bagian 2 (dua) adalah perwujudan dari bagian 1 (satu).

Lebih Jauh Tentang Hubungan Bagian 1 dan 2

Selajutnya adalah pertanyaan apakah mind-setting irimi-tenkan harus mewujud dalam gerakan fisikal irimi-tenkan ? atau pertanyaannya bisa disusun ulang sebagai manakah yang utama, mind setting atau gerakan fisikalnya ?

Ketika kita menyadari dan menerima  bahwa abstrak tidak dibatasi ruang dan waktu/tidak dibatasi oleh bentuk, maka kita dapat katakan bagian dua (irimi-tenkan fisikal) hanyalah salah satu bentuk/perwujudan dari bagian 1. (Kita akan membahasnya lebih detail di bagian selanjutnya)

Secara fisikal, gerakan irimi-tenkan adalah gerakan masuk dan kemudian memutar tubuh (ke samping) untuk menghindari konflik/benturan fisikal. Ketika ada serangan/gerakan/energi lurus dari arah depan, tenkan adalah menghidari benturan/konflik secara frontal dengan memutar/menggerakkan tubuh  ke samping.

Secara fisikal, adanya ruang disisi uke memungkinkan nage bergerak ke arah kosong tersebut. 

Bagaimana kalau tidak ada ruang ? asumsikan secara ekstrim, uke dan nage berada di sebuah terowongan/lorong yang hanya  pas badan, Tidak ada ruang di samping uke yang bisa memungkinkan nage bergerak ke sampingnya. Lantas bagaimana ?

Kondisi/pengkondisian ini memang harus dibuat ekstrim agar kita bisa menguji pernyataan di atas bahwa irimi-tenkan hanyalah salah satu bentuk/perwujudan dari mind setting (penggunaan kokoro penyerang sebagai pelindung/shield). 

Ketika tidak ada ruang di sekitar uke dan nage dan ketika uke menyerang, apakah dengan demikian lantas nage “habis ceritanya” ? konflik menang ? unbalance menang ? sejak kapan ? 

Apakah penyerang akan “menang” karena tidak adanya ruangan (space fisikal) untuk melakukan irimi-tenkan ?

Lantas bagaimana dengan perkataan O’sensei ini ?

I am never defeated, however fast the enemy may attack. It is not because my technique is faster than that of the enemy. It is not a question of speed. The fight is finished before it is begun.

Ketika kita juga menerima dan memahami perkataan O’sensei ini maka kita bisa dengan lebih pasti menyatakan bahwa irimi-tenkan (fisikal) hanyalah salah satu perwujudan dari irimi-tenkan abstrak (mind setting).

Benarkah demikian ?

Tinggal satu jalan yakni membuktikannya di dojo. 

“Di atas kertas” atau secara teori kita sudah bisa mengetahui bahwa irimi-tenkan abstrak atau mind-setting adalah yang utama, yang menjadi penggerak dari irimi-tenkan fisikal, selanjutnya adalah melihatnya dalam praktek.. dan sebagai bekal tambahan teori kita bisa memegang perkataan O’sensei ini..:

"I am not teaching you how to move your feet. I am teaching you how the move your mind.
I am not teaching you martial arts. I am teaching nonviolence."
(Saya tidak mengajarkan bagaimana cara menggerakkan kakimu. Saya mengajar bagaimana engkau menggerakkan pikiranmu. Saya tidak mengajarkan beladiri, saya mengajarkan jalan tanpa kekerasan)

O’sensei menyampaikan ajaran-ajarannya  berdasarkan apa yang dialaminya/direalisasikannya sehingga menjadi tugas Aikidoka juga untuk  merealisasikan ucapan-ucapannya/ajarannya tersebut  sehingga ketika kita meneruskan ajaran-ajarannya tersebut,  perkataan kita itu juga berangkat dari sebuah realisasi/praktek.

Arigatou Gozaimashita

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.