Jumat, 05 Juni 2015

Siapa Yang Mengubah Nama Yesus ?


Ada sebagian kecil Kristen yang menuduh agama Kristen telah terkontaminasi ajaran dan budaya bahkan agama pagan Yunani kuno karena nama Yesus yang orang Ibrani tertulis dalam bahasa Yunani :  Ἰησοῦς (ieseous)

“Nama orang kok diganti-ganti ? emangnya anda mau apa nama anda diganti-ganti ?”. (penuduh)

Siapa yang mengganti-ganti nama orang ?

Coba anda pikir, ada sebuah cerita atau kesaksian yang hendak disampaikan dan ketika sampai pada suatu kata, yakni nama pribadi yang diceritakan dalam kesaksian tersebut, terpaksa harus diam tak bersuara kerena pembaca TIDAK BISA membaca deretan huruf yang ada di hadapannya.

Contoh : sebuah  tulisan ditulis dalam bahasa Indonesia dan pembaca adalah orang yang mengerti bahasa Indonesia. Lalu ada sebuah kesaksian, sebuah cerita, misalnya sbb :

Pada suatu hari, berangkatlah   ישוע menyeberangi Danau Tiberias dan di seberang danau kemudian dia menyembuhkan seorang yang terkena penyakit kusta.

Si pembaca hanya bisa dan mengerti aksara latin, yakni aksara yang digunakan dalam bahasa Indonesia. Bagaimana si pembaca tersebut harus membaca dan membunyikan  :  ישוע  tersebut  ?

Diam aja gitu ? dan pesannya malah tidak sampai. Siapa yang menyembuhkan si kusta ?

---

Lihat aksara/simbol-simbol ini. Adakah orang Indonesia yang hanya belajar dan mengerti bahasa Indonesia yang bisa membaca dan memahami maknanya ?

ฉันยังไม่ได้กินเป็นเวลาห้าวัน

??

Tiap bahasa suatu bangsa memiliki aksaranya masing-masing. Orang Mesir kuno memiliki hireoglif, yakni aksara-aksara yang berbentuk symbol. Orang China yang memiliki aksara China dan orang Jepang yang memiliki kanji, hiragana dan katakana. Demikian pula orang Ibrani, mereka juga punya aksara mereka sendiri..

Contoh deretan aksara non aksara latin di atas adalah aksara Yunani (Ἰησοῦς) dan aksara Ibrani (ישוע). Aksara Ibrani tidak ada maknanya bagi pembaca/pemakai akasara Yunani dan demikian pula sebaliknya. Aksara Ibrani dan Yunani tersebut juga tidak ada artinya bagi pemakai bahasa Indonesia yang menggunakan aksara latin (a-z).

---

Bagaimana komunikasi bisa terjadi ? Lalu, kalau tidak ada komunikasi bagaimana bisa terbuka dan terjalin hubungan ?

Yang telah belajar akan mengerti bahwa yang deretan simbol-simbol aksara atau huruf yang kemudian terangkai menjadi sebuah kata tujuannya adalah untuk menyampaikan makna, untuk menyampaikan hakekat.

Yang utama dari sebuah deretan aksara, entah simbol atau huruf latin adalah maknanya. Selama yang melihatnya tidak tahu maknanya maka tidak ada artinya deretan huruf-huruf atau simbol-simbol yang dilihatnya.

Yang ada terlebih dahulu adalah makna, adalah hakekat, baru kemudian manusia menggunakan aksara , entah yang berbentuk simbol  (hiroglif, kanji, aksara china) atau huruf  latin (A-Z)  untuk menyampaikan atau mewakili makna/hakekat tersebut.

Lihat saja pada bayi, mereka sudah punya rasa, yakni lapar, haus, capek, bosan dan lain sebagainya. Kemudian baru mereka belajar dan diajarkan deretan huruf (kata) untuk menyampaikan rasa-rasa tersebut. Ada kata “lapar” untuk menyampaikan rasa (makna/hakekat) lapar, dstnya.

---

Selanjutnya, untuk memudahkan pembaca membunyikan suatu kata (atau nama) yang berasal dari bahasa asing si pembaca, maka kemudian  dilakukan transliterasi, yakni penggunaan  huruf-huruf dan tata bahasa di bahasa pembaca atas suatu kata atau nama dari bahasa asing yang akan disampaikan dalam bahasa pembaca. Tujuannya adalah untuk memudahkan pembaca, untuk menolong pembaca.

Dasar yang digunakan untuk transliterasi ini adalah huruf dari kata/nama asing tersebut dan juga pembunyian yang hendak didapatkan.

Dan perlu kita sadari bahwa lidah masing-masing bangsa itu berbeda-beda dalam membunyikan suatu kata atau rangkaian huruf. Contoh, bunyi nama “George” kalau didengar telinga orang Indonesia akan terdengar ada huruf “J” nya, yakni akan terdengar “ jorje” . Dan kalau orang Indonesia tidak melihat huruf/kata “George”nya maka si orang Indonesia tersebut akan menulis “Jorje”.

Apakah si orang Indonesia mengubah nama si George ?  Tidak khan ?  dalam keterbatasannya, si orang Indonesia yang hanya mendengar bunyi “Jorje” akan menulis nama si George menjadi “Jorje”.

Nah, kembali ke laptop,  apakah murid2 penulis kitab-kitab Injil mengganti nama Yesus sehingga kemudian ini artinya agama Kristen telah terkontaminasi agama pagan atau budaya Yunani ?

Tolong ya, belajar lebih banyak  !

Para penulis kitab-kitab Injil itu tujuannya adalah menolong sesamanya, menolong manusia-manusia selanjutnya mendapatkan suatu kisah/kesaksian tentang seorang pribadi yang telah menjamah mereka dengan KasihNya. Yang bersangkutan adalah orang Ibrani dan namanya pun tertulis dalam bahasa Ibrani karena orang tuanya pun Ibrani totok J.  Tapi perbuatan yang bersangkutan itu perlu disampaikan ke orang-orang lain, ke banyak orang. Dan kemudian para penulis kitab-kitab Injil tersebut memilih bahasa Yunani yang pada saat itu adalah bahasa yang mereka kuasai dan juga adalah bahasa yang dipakai oleh banyak orang di masa itu.

Dan mereka melakukan transliterasi, yakni membuat nama/deretan huruf yang bersangkutan ke dalam aksara Yunani, supaya bisa dibaca oleh pemakai/pembaca bahasa Yunani.

Apa sih susahnya menulis dalam aksara Ibrani bagi mereka , toh para penulis tersebut juga menguasai bahasa Ibrani ? tidak ada susahnya sama sekali !, mudah malah. Tapi, deretan huruf Ibrani ישוע  tidak aka nada artinya bagi yang tidak memahami aksara ibrani tersebut. Pembaca tulisan dalam bahasa Yunani tersebut (kitab Injil) akan diam saja ketika menjumpai deretan huruf Ibrani tersebut dan akhirnya komunikasi/pesan yang hendak disampaikan menjadi tidak sampai; “siapa yang menyeberangi danau tiberias dan menyembuhkan yang kusta tersebut ?”

Untunglah para penulis kitab2 Injil tersebut, sebagaimana yang manusia yang hendak berkomunikasi menyadari bahwa yang utama adalah makna dari nama pribadi yang telah menjamah mereka dengan kasihnya tersebut.

Semaksimal mungkin mereka berupaya berkomunikasi, menyampaikan hakekat dan kemudian mereka  mentransliterasi huruf ibrani tersebut berdasarkan huruf yang tersedia dalam bahasa Yunani dan sesuai tata bahasanya.

Demikianlah untuk transliterasi dari Yshua menjadi  Ἰησοῦς .

Untuk transliterasi menjadi “Yesus”, “Yasu” (Arab), “Iesus” (Latin) , (Chinese) atau yang lainnya, maka prinsipnya sama seperti uraian di atas. Keinginan berkomunikasi, keinginan untuk menolong orang lain yang berbeda bahasa dan aksara dengan bahasa dan aksara Ibrani.

Jadi, TIDAK ada yang mengganti nama orang. Yang ada adalah segelintir orang-orang yang malas belajar dan maaf, sotoy ! J

salam,
topan

Terkait :

Nama  Iesous

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.