Rabu, 29 Juni 2011

Aikido Yang Saya Pahami

“The secret of Aikido is not in how you move your feet, it is how you move your mind. I’m not teaching you martial techniques, I’m teaching you nonviolence.  (Morihei Ueshiba, Founder Aikido)
 




                                            Gambar diambil dari  sini


Kata O’Sensei (Morihei Ueshiba), dia tidak 'ngajarin beladiri, dia 'ngajarin non-violence. Dia juga bilang bahwa dia nggak ngajarin cara menggerakkan kaki tapi menggerakkan pikiran.


Non-violence dan moving our mind adalah hal yang dibutuhkan di kehidupan sehari-hari di dunia yang penuh dengan konflik, baik konflik pikiran, verbal maupun fisikal. 


Konflik fisikal adalah manifestasi akhir dari sebuah konflik yang dimulai di tataran mind, di tataran pikiran. 


Disambung dengan masakatsu agatsu atau true victory is vistory over self maka menurut saya, O’sensei mengajarkan kita untuk menyudahi konflik yang ada di diri kita sendiri, menggerakkan pikiran kita untuk keluar dari konflik. 


Konflik terjadi di dunia dualitas, dunia yang kita huni ini, kehidupan duniawi sehari-hari yang kita hadapi. 


Konflik terjadi ketika kita punya pendapat, punya pikiran sendiri, punya definisi-definisi sendiri, punya deskripsi2 sendiri tentang segala sesuatu. Entah itu definisi/deskripsi spiritual maupun definisi-definisi benar-salah lainnya. 


Masing-masing orang mendeskripsikan/merumuskan salah-benar versinya masing-masing, thus konflik terjadi.


Namun demikian, bukan berarti kita tidak punya pendapat benar-salah, karena yang salah ya mesti kita bilang salah, cuma bedanya, kali ini kita tidak lagi melihat salah sebagai salah tapi sebagai absennya kebenaran, alias bisa dibilang : “tidak ada yang salah”, yang ada adalah tidak adanya kebenaran.


Atas adanya kondisi/situasi tidak adanya kebenaran maka kita tidak melawan kondisi itu, melawan adalah konflik, melawan bukan lagi non-violence.

Kita tidak melawan perampok, tidak melawan koruptor, tidak melawan uke. There’s no enemy of love kata O’sensei.


Atas adanya ketidak-adaan kebenaran maka kita embrace. Atas adanya disharmony kita “membungkus sekaligus masuk” dengan harmony. Atas adanya konflik, kita membungkusnya, embrace it with Ai, kita embrace dengan love (kokoro). 


Non-violence, move our mind, masakatsu agatsu.. sepertinya tiga hal tapi setelah dimasuki lebih jauh ternyata ya sama aja… 


Apa tujuan belajar Aikido ? to put an end/mengakhiri konflik, konflik yang sebenarnya adanya di diri kita sendiri, oleh karena itu masakatsu agatsu.


Belajar Aikido adalah untuk meniadakan diri, karena sumber konflik adalah diri sendiri. Meniadakan diri adalah spiritualisme. Meniadakan diri adalah bahasa lain dari berserah diri atau mengasihi Allah dengan segenap diri atau anatta.


Thus, belajar Aikido adalah menempuh jalan spiritual.



Salam,
Topan


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.